Sumber: http://eltelu.blogspot.com/2012/09/cara-membuat-tab-menu-horizontal.html#ixzz2Q9jThFCa

Rabu, 01 Mei 2013

Siapa Andy F. Noya ?

Mengenal Lebih Dekat Andy F. NoyaKick Andy
Lahir dari keluarga miskin tak serta merta membuat Andy F. Noya menuntut balas kesulitan hidup yang pernah dirasakannya dulu. Hidupnya telah berubah sejalan dengan kariernya yang melesat di dunia pemberitaan. Ia juga bisa dikatakan mapan secara finansial.
Namun ketika sebuah perusahaan terkemuka ingin menggaetnya menjadi ikon produk mereka, dengan nilai kontrak yang cukup menggiurkan, Andy justru menolaknya. Baginya, hidup tak sekadar uang semata melainkan harus berguna bagi orang banyak.
Nekad Jadi Wartawan
Besar dalam keluarga dengan keadaan miskin menjadi realitas hidup yang harus diterima Andy saat itu. Tak terkecuali, kisah pilu yang harus dihadapinya saat orangtuanya memutuskan berpisah.
Andy dan kedua kakak perempuannya memutuskan ikut ibu sedangkan kedua kakaknya merantau ke Jakarta untuk mencari penghidupan sendiri. Sebagai single parent dan demi mencukupi kebutuhan hidup ketiga anaknya, ibu Andy bekerja sebagai kasir. “Pagi hari ibu sudah mesti berangkat bekerja sehingga saya dan kedua kakak saya terbiasa hidup mandiri. Mulai dari mengatur pekerjaan rumah, sarapan, hingga pergi ke sekolah, kami lakukan sendiri,” kenang Andy.
Tamat dari Sekolah Dasar (SD), sang ayah mengajak Andy tinggal di Papua. Hidup masih sulit waktu itu. Mereka tinggal dalam satu kamar kecil berdinding tripleks dan beralaskan tanah. Kamar tersebut merangkap gudang. Semua barang-barang disimpan di situ. Suatu hari, mendadak ayahnya meninggal.Andy akhirnya kembali ke Jakarta dengan ongkos pas-pasan. Di Jakarta ia tinggal bersama sang kakak dan melanjutkan sekolah.
Di Sekolah Menengah Kejuruan (STM), Andy menjadi juara umum dan berhak atas beasiswa di IKIP Padang, dengan ikatan dinas selama 2 tahun dengan menjadi guru STM. Kesempatan tersebut tidak diambil pria berkacamata ini. “Saya merasa panggilanku adalah sebagai penulis atau jurnalis,”katanya.
Saat yang sama, tanpa sengaja Andy membaca sebuah majalah tentang sekolah khusus untuk wartawan yakni STP (Sekolah Tinggi Publisistik) yang sekarang dikenal dengan nama IISIP Jakarta. Ketika mengajukan usulan sekolah itu, kakaknya tak sanggup membiayai. Dengan modal nekat, Andy mendatangi kampus yang terletak di sekitar Lenteng Agung itu. Ia ditolak karena lulusan STM. Alasannya, salah satu syaratnya adalah harus lulusan SMA. Tapi, akhirnya sang rektor memberi dispensasi mengizinkan Andy masuk, dengan catatan jika dalam satu semester nilainya jelek maka ia harus keluar. “Nilaiku justru bagus bahkan sudah diijon menjadi asisten dosen,” kenangnya bangga.
Kick Andy
Sejak awal sang kakak sudah mengungkapkan ketidakmampuannya membiayai kuliah Andy. Uang saku diperolehnya 5 ribu rupiah perminggu. Demi menghemat uang sakunya itu, tak jarang Andy hanya menumpang di biskota. Jika sang kondektur menagih ongkos, Andy akan pura-pura tidak mendengar. Kadang sampai harus perang mulut dengan kondektur. Kalau sudah begitu, biasanya Andy akan turun dan menumpang biskota lain. Begitu saban hari yang dilakukannya saat pulang dan pergi ke kampus.
Untuk menambah uang sakunya, Andy memutuskan menjadi penulis freelance di majalah Tempo. Ia menulis dalam rubrik “Apa dan Siapa Orang Indonesia”. Atas kemampuan menulisnya yang luarbiasa, Tempo menawarinya bergabung. “Saya belum selesai kuliah, tapi mereka bilang, ‘oh tidak apa-apa kita sudah lihat bakatmu’,” terang Andy.
Singkat cerita, dari situ akhirnya Andy bergabung di surat kabar Bisnis Indonesia. Kemudian diajak join oleh majalah Matra. Tahun 1992, bos Media Indonesia, Surya Paloh ‘jatuh hati’ dan mengajaknya bergabung di surat kabar itu. Selang beberapa tahun, Media Indonesia mendirikan sebuah stasiun televisi yaitu Metro TV. Andy ditunjuk sebagai Pemimpin Redaksi. Tahun 2008, ia memutuskan mundur dari Metro TV karena di saat yang sama ia tengah menggarap program Kick Andy. Kini walaupun secara struktural ia tak ada hubungan dengan Metro TV, namun berbagai fasilitas yang terdapat di Metro TV tetap boleh digunakannya.
Tutup Kick Andy
Bagi Andy moment paling penting dalam kehidupannya adalah saat ia menyadari bahwa ada panggilan lebih dalam hidupnya. Bukan sekadar sebagai jurnalis tetapi ada peran lebih disitu. “Saya memutuskan untuk menutup Kick Andy waktu itu,”jelasnya. Tapi, permintaannya tidak dikabulkan Surya Paloh, ia seolah tidak percaya dengan apa yang dilakukan Andy. Namun pria kelahiran 50 tahun lalu ini tetap bersikeras ingin membubarkan Kick Andy. Alasannya, ingin membuka usaha bersama teman-temannya dimana ia menjadi bosnya. “Lebih baik jadi Tikus tapi kepalanya daripada jadi Macan tapi ekornya”, tegasnya sambil tertawa.
Surya Paloh bersikukuh agar Andy tetap mengasuh acara Kick Andy. Hingga akhirnya disepakati separuh kaki di Metro TV dan separuh kaki boleh bisnis di luar. Banyak teman menyayangkan sikap Andy yang berniat menutup acara tersebut. “Banyak teman yang bilang saya ini jangan memikirkan diri sendiri. Karena waktu itu Kick Andy baru saja merasakan betapa program ini mampu memberikan dampak positif bagi banyak orang”, ungkapnya.
Contohnya, Buyung, seorang tunanetra di Bukit Tinggi Padang, yang sempat menderita campak hingga buta. Buyung tinggal bersama ibunya. Dua saudara kandungnya meninggal karena sakit, sedangkan ayahnya tewas ketika hendak menyelamatkan Buyung yang hampir tenggelam. Buyung yang kini berusia 43 tahun dan buta. Ibundanya telah tua renta dan tidak kuat berjalan, namun tetap bersemangat berjualan sapu berkeliling desa.Caranya pun unik. Sang ibu naik gerobak yang diseret Buyung sembari ibunya memberik aba-aba kiri dan kanan.
Saat potret kehidupan Buyung ditampilkan dalam di Kick Andy, respon masyarakat sangat luar biasa. Dompet Peduli pun dibuka.Dan dalam waktu 2 minggu langsung terkumpul 200 juta rupiah. “Dari situ kami sepakat membentuk yayasan namanya Kick Andy Foundation,” tutur pria berkaca mata ini. Ia semakin sadar bahwa di luar sana masih banyak orang yang membutuhkan bantuan.
Panggilan Hidup
Sadar acara Kick Andy tersebut memberi pengaruh yang besar kepada masyarakat khususnya kaum marjinal, niat Andy menutup program tersebut pun sirna. Pria yang menghabiskan masa kecilnya di Papua ini semakin yakin akan visinya itu lewat peneguhan salah satu hamba Tuhan yang mengatakan kalau Tuhan memilih Andy F. Noya memang bukan untuk berkhotbah di mimbar gereja tapi justru melalui Kick Andy banyak jiwa-jiwa diselamatkan. Apalagi, Kick Andybersifat universal, tidak melulu orang Kristen semata melainkan untuk masyarakat luas.
Perkataan hamba Tuhan tersebut bukan kebetulan. Namun, itu membuat Andy makin yakin bahwa program yang diasuhnya itu merupakan panggilan Tuhan bagi dirinya. “Walaupun sebenarnya itu awal dendam saya dimana dulu saya begitu susahnya membeli buku karena tidak mampu. Saya hanya berpikir kalau banyak orang yang punya nasib seperti saya. Makanya di program inilah saatnya balas dendam dengan cara bagi-bagi buku. Toh yang bayarin juga kantor hahaha…”ceritanya.
Berbagai kegiatan sosial telah dilakuan Kick Andy Foundation. Mengoperasi gratis salah satu pasien buta yang kena tumor, membagikan kaki palsu bagi para penyandang cacat, membagi buku braile dan audio books untuk para tunanetra, dan lain sebagainya.
Jaga Integritas Hidup
Dibalik suksesnya program Kick Andy, selain atas kerjasama tim yang solid juga dipengaruhi sifat kepemimpinan pemilik nama lengkap Andy Flores Noya ini. Sebagai seorang jurnalis sejati, ia dikenal sebagai sosok yang anti menerima amplop. “Saya ini orang yang paling kejam di Metro TV. Sebab, saya akan memecat siapa saja yang ketahuan menerima amplop. Mengapa?Karena profesi ini memerlukan integritas. Bahayanya media ini bisa digunakan oleh orang-orang yang punya kepentingan”, tegasnya.
Makanya saat ada tawaran sebagai bintang iklan sebuah produk terkenal datang dengan bayaran yang cukup menggiurkan, ia tegas menolak. “Andy Noya harus jadi milik semua orang.Jangan dikooptasi oleh satu perusahaan saja. Sebab, jika saya dikooptasi satu produk maka akses untuk membantu orang-orang akan tertutup. Kalau mau mikir untuk diri sendiri cepat sekali saya kaya. Tapi, gimana dengan orang-orang yang membutuhkan pertolongan? Jadi saya mencoba memahami makna hidup.”
Kini ia menyimpan obsesi bukan memperkaya diri melainkan mengembangkan yayasan Kick Andy untuk bisa lebih berperan. “Makanya kita mau bangun namanya Kick Andy Hope yang akan berkunjung ke berbagai wilayah di Indonesia. Dimana nanti kita akan memberikan beasiswa kepada yang kurang mampu serta membagikan laptop kepada para penulis yang berprestasi sehingga tidak perlu menulis di warnet (warung internet). Jadi kita membangkitkan harapan dari orang-orang melalui Kick Andy Foundation”, pungkasnya. Sukses selalu untuk Bung Andy. (Bety)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar